Cerpen: Waktu Pulang Part 2
"Bagus sekali piring ini Nek," Aca takjub, untuk pertama kalinya dia melihat sebuah piring yang cantik.
"Ini sebenarnya adalah piring hadiah pernikahan sepuluh tahun yang lalu dari suami nenek" jelas Nenek.
Sebuah piring dari Belanda yang suaminya kirimkan sepuluh tahun yang lalu. Suami nenek yang bekerja dalam waktu yang lama sebagai pengajar di salah satu universitas di Rotterdam.
Sebenarnya piring piring yang antik tersebut juga menjadi hadiah pernikahan terakhir yang diberikan suaminya.
"Kenapa nenek memakai piring antik hadiah pernikahan, sebagai piring hidangan?" Drian mulai memotong kue di atas piring tersebut.
"Tidak ada alasan yang pasti, nenek hanya ingin merasakan kakek seperti sedang membantu nenek saja."
Kaki Aca tiba tiba menginjak kaki Drian di bawah meja.
Tiba tiba pintu toko bersuara, ternyata pembeli yang lainnya mulai masuk, di luar, hujan juga sudah mereda, jalan di depan kini menjadi ramai kembali, orang orang kembali berlalu lalang.
Sepertinya toko kue ini akan menjadi list baru tempat favorit Aca, senyum lebar dan kehangatan nenek menjadi tempat berteduh sementara. Harum kue semerbak ke ruangan depan, jam berdetak dengan jelas di antara hari yang sudah larut malam.
Tiba tiba dering ponsel berbunyi, Mama, sebuah nama yang keluar di ponsel Aca, ia baru tersadar bahwa mamanya pasti akan khawatir bila anak perempuannya sampai larut malam belum juga sampai ke rumah.
Dengan terburu buru Aca mengambil tas dan menghabiskan coklat panasnnya.
"Aku pulang duluan, tolong bayar minumanku," ucap Aca kepada Drian.