Rumah
Congkak bisiknya setengah sadar, alkohol menjadi teman, buku menjadi simpanan.
Mereka sepertinya tidak akan pernah merasa puas, dengan kebebasan yang di dapatkan semuanya menjadi keserakahan. Puing bangunan dan hijaunya lumut seakan memberi sampul pada hasil hasil yang kotor, semuanya di biarkan tak terurus.
Percakapan percakapan yang membosankan menjadi makanan sehari hari, muak rasanya mendengar segala ocehan yang mungkin saja tidak bisa di buktikan kebenarannya. Seperti dongeng fiksi mereka meanalogikan semuanya, analogi sampah.
Buku usang di atas rak yang sedikit melengkung di makan usia, rayap rayap menjadikan sedikitnya tiga rak di dalam ruangan tersebut sebagai rumah. Bau lembab menjadikan udara terasa pengap. Nafas yang sedikit berat di tambah kaki terjebak di dalam lumpur sebatas mata kaki.
Jangan tanya sudah berapa lama rumah ini di tinggalkan. Yang berita beri tahu rumah rumah sepanjang jalan ini telah tidak berpenghuni setelah pembantaian masal di satu rumah di ujung jalan.
Rumput rumput liar menjulang tinggi di antara pohon rindang, tidak ada jalan yang bisa di lalui.
Penulis : The Anairus