Waktu Pulang

waktu pulang

Di halte depan sekolah dia menunggu kedatangan bus, hari ini untuk waktu yang lama bus belum juga datang

“Apakah bus hari ini semuanya mengalami kecelakaan?” gumam Aca.

Jarum jam di tangan menunjukan angka lima, tetapi sampai saat ini bus belum juga datang, padahal bus biasanya datang pada jam tiga lebih.

“Wah, kurasa ada yang tidak beres hari ini” celetuk Aca lagi.

Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang sangat melelahkan bagi Aca. Kegiatan mendengarkan musik melalui earphone di bus menjadi hilang, memejamkan mata sampai akhirnya tiba di depan rumah pun menjadi sirna.

Perlahan kaki mungilnya mulai berjalan di antara pohon rindang di pinggiran trotoar. Suasana becek jalan setelah hujan sepertinya bukan hal yang buruk juga.

“Keren juga suasana sore ini, sepertinya aku akan mempunyai hobi baru mulai hari ini”, Aca mulai perlahan menikmati perjalanan pulangnya. 

Musik bergenre pop mulai diputar di earphonenya, sebuah lagu dari Kodaline yang berjudul High Hopes, lagu yang mulai disukainya hari hari ini. Lagu yang dia temukan pada laman musiknya yang menambah koleksi playlistnya.

Sepuluh menit berjalan, terdengar suara langkah kaki di belakang dirinya, Aca menoleh.

Teman kelasnya, Drian.

“Sejak kapan kamu berada di belakang ku?” Tanya Aca.

“Sejak tadi, ketika aku melihat wajahmu menjadi amat buruk di depan halte sekolah.”

Sebenarnya dari tadi juga Drian berada di pos penjaga sekolah, sama sama menunggu bus yang datang dan pada akhirnya memutuskan untuk bejalan kaki juga.

“Jangan bilang kamu sedang memata matai aku,” ucap Aca dengan nada sedikit tinggi.

“Apa hebatnya dirimu sampai aku harus memata matai kamu, lagian aku bukan seorang detektif yang sedang menjalankan tugasnya mengikuti seorang perempuan cupu seperti dirimu,” tambah Drian.

Lampu lampu penerang jalan mulai menyala, warna jingga mulai mewarnai seluruh bagian dari trotoar. Lalu lalang mobil sekarang sedikit berkurang, lampu lampu toko kopi dan makan sekarang sudah menyala juga.

Akan tetapi hal yang tidak diinginkan Aca pun mulai terjadi, hujan tiba tiba datang. Aca dan Drian bergegas berlindung disebuah pelataran toko kue. Toko kue yang belum ada pengunjung sama sekali, sepertinya baru saja buka.

“Benarkan apa yang aku tebak kali ini,” ucap Aca.

“Memang kamu menebak apa, perasaan dari tadi kamu hanya diam, lagian aku juga tidak memberikan kamu sebuah tebak tebakan,” jawab Drian.

“Bukan itu maksudku, kamu mengikutiku dari tadi untuk apa, kamu sedang mendekatiku kan?” Aca terlihat kesal.

“Kamu sepertinya terlalu percaya diri Ca, coba kamu liat sekitar, apakah ada lagi tempat untuk berteduh?” Tanya Drian.

Di sebuah toko kue Aca dan Drian masih beradu, sebenarnya tidak ada lagi pelataran untuk berteduh, hanya toko kue satu satunya tempat untuk saat ini jadi tempat berteduh.

Aca langsung memalingkan muka dari muka Drian, keduanya hanya berdiam saja menunggu setidaknya hujan sedikit mereda. Akan tetapi sepertinya hujan enggan pergi dengan cepat. 

“Hey, kalian berdua sedang apa diluar, cepat sini masuk,” terdengar suara dari dalam toko.

Aca dan Drian cepat menoleh satu sama lain. Suara berasal dari pemilik toko, seorang wanita yang sudah terlihat tua mendekat kepada Aca dan Drian.

“Cepat masuk, hujan katanya ingin bermain lama lama hari ini,” kata pemilik toko.

Aca dan Drian akhirnya masuk ke dalam toko kue tersebut. Sebuah toko kue yang sangat indah dan juga antik, terlihat dari barang barang yang berada di etalase lemari kaca, poto poto pun terlihat sangat jadul, semuannya terlihat tua sama seperti pemiliknya, tua.

“Apakah kamu berdua sedang berpacaran dan lupa waktu untuk pulang?” Tanya pemilik toko kue.

“Hari ini bus yang biasa kami tumppangi tidak kunjung datang nek, sejak kami berada di halte sekolah tadi, sampai akhirnya kami memutuskan berjalan kaki, dan sialnya hujan turun mendadak nek.” Jawab Drian.

“Kamu jang bilang begitu, hujan adalah rahmat yang tuhan berikan kepada kita.” Pungkas nenek.

“Bukan begitu nek, dia sebenarnya mengikutiku dari tadi,” sela Aca.

“Kamu memang terlalu berlebihan Ca.” jawab Drian.

“Sampai kapan pun kalian menunggu bus untuk pulang juga sepertinya bus tidak akan kunjung datang, apakah kalian tidak tahu, bahwa ada pohon tumbang di jalan menuju sekolah kamu, dan bus yang kalian tunggu juga mencari jalan yang lain.” Jelas nenek. 

Hujan deras tadi siang memang membuat sebagian pohon menjadi tumbang, dan menghalangi akses dari kendaraan. Dengan adanya pohon yang tumbang jalan pun di tutup untuk sementara dan di alihkan ke jalan yang lain.

“Sudah jangan bertengkar, sekarang kalian duduk di sana, nenek akan buatkan kalian coklat panas,” Nenek menunjuk ke arah sebuah bangku panjang di sudut ruangan dekat sebuah akuarium koi kecil.

bersambung...

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url